Berbahasa sesuai dengan ranah pemakaiannya
Sebagai contoh sederhana adalah bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia mempunyai banyak ragam (varian) yang dipakai sesuai konteksnya. Misal untuk acara kenegaraan atau keperluan akademis kita menggunakan bahasa Indonesia baku. Sementara untuk keperluan sehari-hari, bahasa Indonesia yang kita pakai bersifat tidak baku—informal—dan acapkali dipengaruhi oleh bahasa daerah masing-masing. Kedua ragam tersebut dipakai bersamaan dan beriringan dalam kehidupan dan mempunyai fungsi masing-masing. Adapun jika ragam informal dari bahasa Indonesia pada akhirnya berkembang, itu adalah hasil kreasi penutur bahasa yang hakikatnya memang penuh inovasi.
Maka lahirlah bahasa gaul, bahasa alay, yang kesemuanya adalah ragam informalnya bahasa Indonesia. Karena dalam ranah bahasa baku untuk akademis dan kenegaraan penuturnya tidak bisa berkreasi (karena dibatasi aturan-aturan dan kebakuan), maka sangat lah wajar jika dalam ranah informal, penutur bahasa berkreasi, dan tidak terkecuali dalam bahasa Indonesia. Bahasa Inggris pun demikian adanya. Meskipun bahasa Inggris merupakan bahasa yang lebih mapan, bahasa Inggris juga mempunyai ragam informalnya, bahkan ragam informalnya lebih dari satu dan sangat dipengaruhi unsur kedaerahan. Coba saja Anda pergi ke Amerika bagian utara dan selatan, pasti bahasa sehari-harinya—masih bahasa Inggris lho—terdengar cukup berbeda. Hanya saja, kita tahunya bentuk bakunya—yang standar—yang kita pelajari di sekolah. Kenapa? Ya karena kita belajarnya di sekolah, kita belajar bahasa yang baku. Kalau kita terjun langsung ke lapangan—menjadi pendatang di Amerika—kita akan belajar pula ragam-ragam bahasa Inggris yang sehari-hari dipakai di sana.
Dalam linguistik, situasi kebahasaan yang memungkinkan suatu masyarakat dalam suatu wilayah yang menggunakan beberapa ragam bahasa dalam kehidupannya dinamakan diglosia dan sangat lazim terjadi. Apalagi di Indonesia, bahasa Indonesia bukan bahasa ibu, maka dalam keseharian, penutur bahasa Indonesia menggunakan—setidaknya—dua ragam bahasa Indonesia (formal dan informal)—dan bahasa daerahnya sebagai bahasa ibu.